Forum Layanan Publik (Public Service Forum) Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan penghargaan kepada Kabupaten Tulungagung dalam kompetisi inovasi pemerintah tingkat dunia. Kabupaten ini dinilai sukses menerapkan manajemen kegawatdaruratan yang mampu menekan angka kematian cukup signifikan.
Forum tingkat dunia yang berlangsung di Marrakesh, Kerajaan Maroko pada tanggal 21 – 23 Juni 2018 dengan tema “Transformasi pemerintahan untuk mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan” ini, mengundang sejumlah lembaga pemerintah dari berbagai belahan dunia yang dinilai memiliki inovasi.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr Iskak Tulungagung, dr Supriyanto Harmoredjo, Sp. B, FINACS yang turut diundang dalam forum itu menyampaikan presentasi tentang layanan Instalasi Gawat Darurat Modern (Instagram) dan Tulungagung Emergency Medical Service (TEMS) yang menjadi percontohan nasional. Kedua inovasi itu sukses meningkatkan usia harapan hidup di Kabupaten Tulungagung hingga 73,74 tahun. Sementara angka harapan hidup rakyat Indonesia adalah 69,3 tahun.
“Kami bangga karena inovasi ini mendapat apresiasi dunia internasional,” kata dr Supriyanto.
Tak hanya Instagram dan TEMS, inovasi lain yang diluncurkan RSUD Dr Iskak adalah Layanan Sindroma Koroner Akut (Laskar). Laskar Tulungagung adalah sebutan untuk layanan Sindroma Koroner (gangguan distribusi darah ke jantung) yang saat ini turut ditetapkan sebagai 99 inovasi layanan publik terbaik nasional.
Layanan Sindroma Koroner Akut yang didukung dengan teknologi dan tenaga medis profesional ini mampu menurunkan angka kematian (mortalitas) dalam kasus serangan jantung pada masyarakat hingga 50 persen, serta menurunkan angka terjadinya penyakit (morbiditas) hingga 90 persen. Apalagi saat ini serangan jantung masih menjadi ancaman pembunuh nomor satu di dunia.
Jauh sebelum ajang penghargaan dunia ini berlangsung, RSUD Dr Iskak Tulungagung juga dinobatkan menjadi rumah sakit pemerintah pertama yang memiliki fasilitas pemasangan ring jantung berstandar internasional (WHO) oleh Perhimpunan Intervensi Kardiologi Indonesia (PIKI). Selama ini pemasangan ring jantung hanya bisa dilakukan di rumah sakit type A dan berada di kota2 propinsi.
Kecepatan dan ketepatan tindakan terhadap pasien serangan jantung ini sangat menentukan risiko kematian pasien. Sebab potensi kematian pasien rata-rata dipengaruhi oleh keterlambatan penanganan yang hanya memberi rentang 30 menit dari terjadinya serangan. Tindakan penyelamatan dalam waktu kritis tersebut bisa diperpendek melalui layanan kateterisasi jantung yg terintegrasi dengan ruang gawat darurat RSUD dr Iskak.
“Dalam hitungan menit, tim kami bisa merekam dan menemukan titik sumbatan, dan melakukan pembedahan pembuluh darah yang tersumbat,” terang dr Supriyanto.
Selain soal kecepatan tindakan, inovasi ini menuai apresiasi lantaran lahir dari rumah sakit pemerintah yang berada di daerah pinggiran. Dengan dukungan keuangan daerah yang minim, RSUD Dr Iskak Tulungagung mampu mengangkat derajat rumah sakit plat merah setara dengan rumah sakit di kota besar.
Tak hanya memberi penghargaan kepada inovasi layanan masyarakat, Forum Layanan Publik PBB ini juga membuka kesempatan meningkatkan kerjasama dan kemitraan antar negara. Forum ini bertujuan mengembangkan kapasitas pemerintah dalam mengantisipasi berbagai tantangan yang muncul oleh pelaksanaan agenda pembangunan yang berkelanjutan (Suistanable Development Goals) tahun 2030 mendatang.