Kasus gangguan pendengaran atau tuli karena faktor usia (presbikusis) makin meningkat. Gangguan ini biasanya muncul di usia 65 tahun.
Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok dan Kepala Leher RSUD dr. Iskak Tulungagung, dr. Moch Mundir Arif, Sp. THT-KL. menerangkan, saat memasuki usia tua terjadi penebalan dari gendang telinga. Hal ini membuat gerakan gendang telinga tidak lagi elastis saat menangkapada gelombang suara yang masuk.
Tulang pendengaran juga sering terjadi pengapuran (otosklerosis) sehingga menghambat pergerakannya. Demikian pula sel rambut telinga dan saraf pendengaran yang juga mengalami penurunan fungsi sehingga menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran.
“Presbikusis terjadi karena menurunnya fungsi dari organ pendengaran secara berangsur-angsur yang mengenai kedua telinga. Ini karena kerusakan dari saraf pendengaran dan sel rambut telinga di dalam rumah siput yang berada di telinga dalam,” kata dr. Moch Mundir Arif.
Keluhan awal dari presbikusis adalah suara berdenging atau grebek-grebek di telinga (tinitus). Tinitus ini dapat mengganggu percakapan serta pola tidur penderita karena suaranya akan terasa semakin keras di malam hari.
“Penyakit ini jarang disadari oleh penderita sampai terjadi gangguan komunikasi. Dari gangguan komunikasi ini akan menimbulkan masalah psikologis bagi penderita dan anggota keluarga yang lainnya,” ujarnya.
Karena itu, edukasi tentang pencegahan presbikusis sangat penting diketahui masyarakat. Masyarakat harus memahami perubahan yang terjadi pada dirinya, termasuk orang di sekitarnya.
Saat berbicara dengan penderita presbikusis, pastikan suara kita agak keras, saling berhadapan sehingga melihat gerakan bibir, serta artikulasi yang jelas. Selain itu usahakan berbicara dengan irama pelan agar bisa dimengerti. “Cara ini akan membantu penderita untuk memahami pesan yang kita sampaikan,” tutup dr. Moch Mundir Arif. (HUMAS/KAR)