Federasi Tunarungu Dunia merilis jumlah penderita tuna rungu di seluruh dunia mencapai lebih dari 70 juta orang. Mereka menggunakan lebih dari 300 bahasa isyarat yang berbeda, yang diperingati sebagai Hari Bahasa Isyarat Internasional pada tanggal 23 September.
Bahasa isyarat adalah bahasa alami yang lengkap meski secara struktural berbeda dari bahasa lisan. Di Indonesia, jenis bahasa isyarat yang dipakai penyandang tuna rungu adalah Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo).
Guru SLB-B Tulungagung, Kustinah, S.Pd mengatakan, salah satu metode belajar bahasa isyarat dengan mudah menggunakan lagu. “Belajar bahasa isyarat lebih mudah diawali dengan mengenal abjad. Kemudian mengenal benda sekitar dan keluarga,” terangnya.
SIBI adalah bahasa isyarat yang diakui oleh pemerintah Indonesia dan digunakan sebagai bahasa pengantar resmi di Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk anak-anak tuli. Dibuat dengan tujuan untuk merepresentasikan tata bahasa lisan Indonesia ke dalam isyarat buatan.
Sedangkan Bisindo adalah bahasa isyarat yang muncul secara alami dalam budaya Indonesia dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh komunitas tuli. Bisindo dibentuk oleh kelompok tuli berdasarkan pengamatan dan pengalaman mereka sendiri.
Bisindo memiliki variasi di tiap daerah, seperti Bisindo Jawa, Bisindo Bali, Bisindo Sumatera, dan lain-lain.
SIBI dan Bisindo memiliki perbedaan yaitu:
SIBI | Bisindo |
Dibuat dengan menyesuaikan bahasa isyarat dengan bahasa lisan Indonesia | Dibentuk oleh komunitas tuli dengan tujuan untuk memudahkan komunikasi antara sesama tuli. |
SIBI menggunakan satu tangan untuk mengisyaratkan abjad, angka, dan kata-kata. | Bisindo menggunakan dua tangan untuk mengisyaratkan abjad, angka, dan kata-kata. |
Memiliki aturan yang ketat dan tidak fleksibel, serta membutuhkan konsentrasi yang tinggi. | Memiliki aturan yang longgar dan fleksibel, sehingga memungkinkan penggunanya untuk membuat ekspresi yang lebih hidup |
SIBI digunakan sebagai bahasa pengantar resmi di SLB dan diakui Pemerintah Indonesia digunakan sebagai bahasa resmi untuk komunikasi dengan orang dengar | Bisindo tidak diakui oleh pemerintah Indonesia dan digunakan sebagai bahasa komunitas untuk komunikasi dengan sesama tuli. |
Melalui peringatan hari bahasa isyarat internasional, dokter spesialis THT RSUD dr. Iskak, dr. M.Mundir Arif, Sp.THT-KL mengajak untuk selalu menjaga pendengaran.
“Diharapkan kita semua menjaga pendengaran agar tidak sampai terjadi gangguan pendengaran. Karena ketika terjadi gangguan pendengaran bahasa isyarat menjadi syarat mutlak agar tetap dapat berkomunikasi dan belajar lebih baik lagi,” pesannya. (HUMAS/KAR)