KHITAN atau sunat bagi pria muslim hukumnya wajib. Kendati menjadi tradisi yang lekat dengan Islam, nyatanya umat agama lain pun juga banyak yang melakukannya.
Alasannya lebih pada pertimbangan kesehatan. Sebab orang yang berkhitan atau dalam istilah medis disebut dengan sirkumsisi ini, membuat kesehatan kelamin lebih terjaga.
Saat ini, metode khitan telah berkembang luar biasa seiring kemajuan teknologi serta perkembangan ilmu kedokteran di era modern.
Jika dulu khitan dilakukan menggunakan gunting / pisau dibantu alat penjepit dari kayu, kini bisa dilakukan dengan metode bedah laser.
Metode konvesional maupun yang modern itu semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan.
“(Apapun metodenya) pada prinsipnya proses khitan adalah memotong kulit depan dari penis,” terang Dokter Spesialis Bedah Urologi RSUD dr. Iskak Tulungagung, dr. Ryan Akhmad Adhi Saputra, Sp. U.
Di Indonesia, lanjut dia, metode khitan dalam dunia medis meliputi tiga macam, yakni teknik iris gunting atau pembedahan biasa, teknik klem dan teknik laser.
Selain metode di atas, rupanya metode tradisional dalam proses khitan juga ada. Salah satunya dengan menggunakan penjepit dari bahan potongan batang bambu.
Namun yang banyak dikenal dan digunakan dalam dunia medis dan sesuai rekomendasi WHO, tiga metode khitan di atas yang lebih diakui secara luas.
Menurut Ryan, tiga metode di atas pun juga masih terbagi menjadi beberapa jenis.
Seperti metode klem juga memiliki berbagai varian dan metode laser yang terbagi menjadi dua jenis, yakni laser CO-2 dan menggunakan energi panas.
Proses khitan harus memperhatikan beberapa acuan agar didapatkan hasil yang baik.
Ryan melanjutkan, secara internasional prinsip dalam proses khitan adalah tenaga kesehatan yang menangani adalah ahli di bidangnya serta harus mempertimbangkan cost effective dan efisiensinya.
Penting dan perlu menjadi catatan jika berbicara metode yang paling aman maka metode gunting adalah yang disarankan.
Sebab dalam metode gunting ini prosedurnya lebih jelas yang meliputi pemotongan jarak yang jelas dan jika terdapat pendarahan bisa ditangani lebih cepat.
Tetapi tidak menutup kemungkinan metode lainnya juga bagus dengan melihat siapa yang menangani dan ahli di bidangnya.
Selain itu, metode klam atau laser juga resiko infeksi tidak dapat diprediksi. Artinya jika pasca proses khitan perawatan luka kurang biak maka resiko terjadinya infeksi juga lebih besar.
Dalam proses khitan ini, juga dibutuhkan persiapan diantaranya alat dan tempat medis yang steril, tenaga medis serta skrining pasien.
Skrining pasien dalam proses khitan ini meliputi, pemeriksaan tidak adanya gangguan darah serta tidak adanya kelainan anatomi pada penis pria.
“Jika ditemukan gangguan seperti yang disebutkan di atas, maka metode sunat yang harus dilakukan dengan rekonstruksi dan perlu penanganan yang lebih ekstra,” lanjutnya.
Selain itu, dalam proses khitan tidak membutuhkan pembiusan dimana hanya dilakukan anastesi lokal.
Pada bayi baru lahir pun bisa dilakukan khitan dengan pertimbangan di antaranya tidak terdapat gangguan pendarahan serta tidak adanya kegawatdaruratan dalam sistem kesehatannya. Maka bayi baru lahir bisa dilakukan proses khitan. “Semua metode khitan memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu menjadi catatan adalah bijaksana dalam pemilihan metode khitan disesuaikan dengan biaya dan efektivitas serta tenaga kesehatan yang ahli di bidangnya,” pungkasnya. (PKRS/KAR)