MEMONUMENKAN nama dr. Iskak sebagai nama resmi Rumah Sakit Umum (RSU) Tulungagung, merupakan bagian dari langkah cerdas dr. Bambang Soepeno, DTMH, MARS dalam mentransformasikan lembaga layanan kesehatan daerah ini menjadi rumah sakit yang lebih modern.
Inspirasi itu muncul sebagai bagian formulasi pemikiran dr. Bambang untuk mendorong kemajuan rumah sakit yang dipimpinnya itu sejak 1996-2006. Pengalaman enam tahun memimpin RSUD dr. Soegiri, Lamongan telah mengilhami jebolan fakultas Kedokteran Universitas Airlangga tahun 1973 ini untuk mengganti nama RSU Tulungagung yang dinilai kurang memiliki makna identitas kuat.
“Kalau RSU Tulungagung tetap begini saja, maka rumah sakit ini tidak akan kunjung dikenal orang. Tidak monumental”, demikian awal pemikiran dr. Bambang yang telah mengambil program pendidikan lanjutan Diploma Tropical medician health (DTmh) di Thailand atas prakarsa Badan Kesehatan Dunia (Who) pada tahun 1980-an.
Studi literatur dan kesejarahan RSU Tulungagung pun dia lakukan dalam proses dialektika dan adaptasi, mengawali kepemimpinannya di RSU Tulungagung kala itu. Sebagian rumah sakit daerah lain sudah lebih dulu merubah nama dengan mengambil nama tokoh pahlawan, rata-rata memakai nama dokter yang memiliki ikatan kesejarahan kuat dengan lembaga rumah sakit bersangkutan.

Maka RSU Tulungagung pun harus membuat langkah serupa. Semangat itu menguat seiring kencangnya angin reformasi yang ditandai wacana otonomi daerah. Walhasil, dr. Bambang berketetapan memakai nama dr. Iskak. Sosok dokter paling berpengaruh yang memimpin RSU Tulungagung di awal era Kemerdekaan RI hingga 1970-an. Sebagai dokter asli pribumi, dr. Iskak merupakan dokter pertama asli Tulungagung yang lulus Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta.
Di bawah kepemimpinan dr Iskak pula andil rumah sakit satu-satunya di Bumi Benorowo ini kuat terlihat. Bagaimana tidak, di bawah bayangan agresi militer Belanda II pada kurun 1948-1949, dr. Iskak memimpin pengungsian seluruh pasien dan pegawai rumah sakit beserta keluarganya keluar kota. Selama kurun 1949 itu, lokasi RSU Tulungagung berpindah sebanyak sembilan kali, hingga akhirnya menetap ‘sementara’ di dekat Pantai Sine.
Baru setelah tercapai perdamaian dengan Belanda pada akhir 1949, lokasi rumah sakit akhirnya dikembalikan ke wilayah kota di Tulungagung. “Dokter Iskak merupakan sosok dokter pahlawan. Tidak hanya bagi kesejarahan berdiri dan eksistensi rumah sakit ini di masa kemerdekaan, namun juga rakyat Tulungagung, maupun dunia kesehatan di Indonesia,” tutur dr. Bambang.
Atas peran dan jasanya yang besar bagi RSU Tulungagung itulah dr. Bambang Soepeno, DTmh haqul yakin berketetapan mengabadikan nama dr. Iskak sebagai nama rumah sakit yang dipimpinnya. Dari sebelumnya memakai nama Rumah Sakit Umum (RSU) Tulungagung, menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Iskak.
Setelah berkoordinasi dan meminta pertimbangan tim manajemen RSU Tulungagung yang lain, dr. Bambang Soepeno lantas mengusulkan nama dr. Iskak sebagai pengganti nama RSU Tulungagung, ke Bupati Tulungagung Drs. h. Boedi Soesetyo, mm saat itu (1998-2003). Katanya, ‘Itu ide bagus sekali. RSU Tulungagung memang sudah seharusnya mengabadikan nama Dokter Iskak sebagai nama rumah sakit daerah kita.
Sosok kepahlawanan dan perjuangannya di dunia kesehatan, khususnya dalam membawa RS Tulungagung di era perjuangan dan kemerdekaan, harus bisa menjadi inspirasi bagi kemajuan rumah sakit kita’. Jawaban Bupati Boedi Seosetyo itu tentu melegakan hati dr. Bambang. Semangatnya terlecut untuk sesegera mungkin menindaklanjuti restu sang kepala daerah, mengurus segala persyaratan keadministrasian bagi perubahan nama RSU Tulungagung menjadi RSUD dr. Iskak.
Tak sampai setahun, tepatnya pada 1999, nama dr. Iskak mulai melekat pada label rumah sakit milik Pemkab Tulungagung ini. namanya menjadi RSUD dr. Iskak, Tulungagung. Tak hanya itu, RSU ini juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana berdasar keputusan menteri Dalam negeri nomor 445.35/1047/1999 tentang Pengesahan Perda Kabupaten Tulungagung nomor 3 Tahun 1999.
Secara formal, pemberian SK (Surat Keputusan) Pemberian nama RSUD dr. Iskak kemudian resmi diumumkan pada 9 november 2001 melalui Keputusan Bupati Tulungagung nomor 954/2001. Pengumuman nama baru RSUD dr. Iskak itu disampaikan dengan penuh kebanggaan, bertepatan dengan peringatan hari Kesehatan nasional ke-37. Bahwasanya nama RSUD Kabupaten Tulungagung berubah nama menjadi Badan Pelayanan Kesehatan (BPK) Rumah Sakit Umum Daerah dr. Iskak, Tulungagung.

MODERNISASI RUMAH SAKIT
Melekatkan nama tokoh pahlawan kedokteran yang berjasa besar terhadap eksistensi jasa layanan medis rumah sakit Tulungagung hanyalah bagian dari strategi cerdas dr. Bambang dalam mencari momentum perubahan. Transformasi lembaga pelayanan kesehatan yang normatif dan cenderung alakadarnya sebagai tanggung jawab penugasan negara, menjadi sebuah industri jasa layanan medis yang lebih modern.
RSUD dr. Iskak harus mampu menjawab tantantan zaman yang terus berkembang di abad 20. abad millennium. Ghiroh dan semangat reformasi itu diperoleh dr. Bambang seiring perubahan nama nama RSU Tulungagung menjadi RSUD dr. Iskak. Kendati ada riak-riak yang mengiringi proses perubahan dan modernisasi yang dia lakukan sejak akhir dasawarsa 1990-an, team work di lingkup manajemen RSUD dr. Iskak semakin solid.
Tak hanya jajaran tenaga dokter dan paramedic, namun juga dengan pegawai sipil nonmedis lainnya. Interaksi dan komunikasi dengan pendekatan personal kekeluargaan memang menjadi ciri khas dr. Bambang Soepeno sejak masih bertugas di lingkup Dinas Kesehatan Tulungagung.
Baik saat ditugaskan di Puskesmas Campurdarat (1974-1980), maupun saat ia menjadi Kasi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit menular (P2Pm) Dinkes Tulungagung pada periode 1980-1989. Suasana guyub-rukun tak hanya dibangun dr. Bambang di lingkungan kantor saja, namun juga di luar kantor.
Hampir saban hari, jelang masuk jam kerja team work-nya di RSUD dikumpulkan di halaman rumahnya yang terletak di jalan agus Salim nomor 16, Kota Tulungagung, untuk sekedar senam bersama. Tak hanya itu, ia juga membangun tradisi berkunjung ke rumah-rumah karyawan rumah sakit sambil berolahraga sepeda bersama tiap akhir pecan. Sambil olahraga, keakraban terbangun. Rasa peduli satu sama lain terasa semakin kuat.
Tradisi ini yang kemudian terus dipupuk keluarga besar RSUD dr Iskak hingga sekarang. Kompak dan saling bersinergi. Dengan pola pendekatan komunikasi yang populis dengan membangun ikatan emosional yang kuat itu pada akhirnya berbuah manis. Semangat perubahan dalam hal penatalaksanaan jasa layanan medis di RSUD dr Iskak cepat direspon anak buahnya. Bangunan IGD (Instalasi gawat darurat), poliklinik untuk pelayanan pasien rawat jalan dan sejumlah ruang instalasi dirombak. Gedung Paviliun Graha hita husada yang menjadi andalan jasa layanan eksekutif saat ini dibangun dengan megahnya.
Pun demikian halnya dengan struktur organisasi. Semua diefektifkan, dimaksimalkan. Setiap tahun pula, dirancang pelbagai program perbaikan rumah sakit sesuai dengan rencana perbaikan RS jangka menengah dan panjang. Bangunan/ruang instalasi gawat darurat yang dulu kecil, sempit dan penuh sesak saat ada lonjakan pasien dengan kasus kedaruratan medis diperbesar dengan manajemen ruang penanganan medis terpisah. Tidak dijadikan satu semua. atas inisiatif dr. Bambang pula jalan di sisi barat yang searah bangunan IGD dan Graha hita husada menjadi lebar seperti sekarang.
Dulu gang itu kecil saja. hanya cukup untuk satu kendaraan roda empat. Sehingga sangat mengganggu alur keluar-masuk pasien, dan pada ujungnya mengganggu system pelayanan keseluruhan. namun berkat upaya dan lobi-lobi dr. Bambang kepada Bupati Boedi Soesetyo, jalan raya itu diperlebar enam meter. Sebagian ‘memakan’ tanah asset milik RSUD dr. Iskak, sebagian lain yang sisi timur merupakan dukungan pemerintah daerah. Tantangannya saat itu RSUD dr Iskak belum BLUD (Badan Layanan Usaha Daerah).
Masih di bawah (pemerintah) daerah, sehingga tidak bisa mengambil kebijakan sendiri. namun demikian, pemda telah member perlakuan khusus. meski diwajibkan laporan keuangan dan menyetor uang pengembangan jasa layanan kesehatan ke Kasda, pemerintah daerah memberi perlakuan khusus pada manajemen RSUD dr. Iskak. Sebagian besar dana yang disetor ke pemkab, dikembalikan ke rumah sakit untuk dikelola sesuai kebutuhan.
Pengelolaan keuangan semi-mandiri inilah yang pada perjalananya menghantarkan RSUD dr Iskak ditetapkan berstatus BLUD pada 31 Desember 2008. Itu tepat dua tahun setelah dr. Bambang Soepeno, DTmh, maRS menyelesaikan amanah dan tanggung jawabnya sebagai direktur. Prestasi pertama setidaknya berhasil RSUD dr. Iskak dengan stratifikasi terbaik nasional pada 2005.
Prestasi ini menghantarkan RSUD dr Iskak ditetapkan menjadi rumah sakit tipe B nonpendidikan berdasarkan Keputusan menteri Kesehatan RI nomor 522/menkes/SK/IV/2005 dan Keputusan Bupati Tulungagung nomor 395 Tahun 2005 tentang Penetapan Kelas RSUD dr. Iskak Tulungagung dari Kelas C menjadi Kelas B non-Pendidikan. (*)